Kamis, 24 Mei 2012

Perbedaan Pertumbuhan ekonomi Tahun 2011 dan 2012

Nama   : Shakina Dwiandari
NPM      : 26211720
Kelas    : 1EB21
Tulisan : Softskill Perekonomian Indonesia

Tahun 2012 akan lebih bergejolak, tetapi lebih membaik. Saya prediksi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Pemerintah memprediksi 6,3 persen. Saya 6,6 persen," tutur Faisal di dalam paparan "Prospek Ekonomi Indonesia 2012" di Yayasan Dharma Bakti Astra di Sunter, Jumat (10/2/2012). Menurut Faisal, hal itu antara lain terlihat dari beberapa faktor. Salah satunya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat.Pengangguran di AS turun dari 9 persen menjadi 8,5 persen. Selain itu, faktor pemilihan presiden di AS tahun ini akan membuat ekonomi menjadi lebih baik karena presiden petahana (incumbent) akan mengupayakan kinerja lebih baik.
"Tetapi yang harus diantisipasi kemungkinan lonjakan harga minyak dunia jika ada konflik di Selat Hormuz. Harga minyak dunia bisa mencapai 150 dollar AS per barrel," katanya.

Akibatnya, kata Faisal, pemerintah akan terpaksa menaikkan harga BBM secara signifikan, seperti tahun 2005. Hal ini akan memukul industri otomotif. Oleh karena itu, dia mengaku lebih memilih pemerintah sejak dini menaikkan harga BBM Rp 1.000 per liter sehingga ada penahapan ketimbang naik mendadak. 
"2011 adalah tahun yang penuh krisis seperti krisis keuangan Eropa dan Arab Springs di Timur Tengah, namun perekonomian Indonesia berhasil tumbuh dengan sangat baik, tapi Indonesia harus tetap berhati-hati untuk memulai 2012," kata Direktur Standard Chartered Bank Indonesia Tom Aaker di Jakarta, Rabu (11/1).

SCB mengeluarkan laporan mengenai prediksi kondisi perekonomian global dan sejumlah negara. Kajian itu menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian global melambat menjadi 2,2 persen pada 2012 dari 3 persen pada 2011.


Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 5,8 persen pada 2012 karena dampak menurunnya investasi langsung (FDI) dan penarikan dana valuta asing yang mendominasi dana perbankan, serta berkurangnya ekspor.


"Kalau Euro memburuk, harga surat utang negara Eropa yang diterbitkan oleh negara bermasalah seperti Yunani, Irlandia, Portugal dan Spanyol akan terus melemah, akhirnya perbankan Eropa juga terkena imbas karena ada SUN bermasalah senilai 300 miliar euro," kata ekonom SCB Fauzi Ichsan.


Kondisi tersebut membuat perbankan Eropa terpukul dan tidak bisa menyuntik modal segar untuk mempertahankan Rasio Kecukupan Modal (CAR) dari dalam Eropa, artinya menarik dana dari perbankan Asia.


"Valuta asing yang ditarik dari bank di Asia membuat perbankan Asia kekurangan valas untuk membiayai belanja modal, dengan pembelian modal yang terbatas maka investasi swasta pun melamban," jelas Fauzi.


Dengan perhitungan tersebut, SCB memperkirakan pertumbuhan investasi tampaknya akan berkurang menjadi 8,2 persen dari 10,3 persen pada 2011. Namun pertumbuhan konsumsi domestik diperkirakan tetap pada posisi 4,7 persen pada 2012.


Sementara inflasi tampak akan mencapai 5 persen pada akhir 2012 sebagai akibat meningkatnya tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak serta meningkatnya harga beras pascabanjir di Thailand.


Kondisi surplus anggaran 0,1 persen dari produk domestik bruto (GDP) pada 2011, menurut SCB, membuat pemerintah dapat menolak tajam kenaikan harga BBM meski subsidi membutuhkan 17,5 persen APBN 2012. Caranya adalah dengan meningkatkan pajak dari sektor komoditas seperti minyak kelapa sawit dan batu bara.


Untuk suku bunga bank Indonesia diperkirakan turun ke posisi 5,75 persen pada kuartal pertama 2012. BI tampaknya juga akan mengurangi "net interest margin" perbankan Indonesia ke posisi 5,5-6 persen sehingga mengurangi pertumbuhan kredit bank sebesar 20 persen pada 2012.


Defisit anggaran berangsur-angsur meningkat dari 0,6 persen dari nilai GDP pada 2010 (dari target pemerintah 2,1 persen) ke 1 persen pada 2011 (dari target pemerintah 2,1 persen) ke 1,3 persen pada 2012 (dari target 1,5 persen).


Namun persoalan masih mengadang agar perekonomian Indonesia dapat tumbuh. Misalnya ketidakmampuan sebagian besar 497 pemerintah tingkat dua untuk membangun proyek infrastruktur secara efektif dan kerumitan mekanisme pengalokasian dana dari pusat ke daerah.




Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar