NAMA : SHAKINA DWIANDARI
NPM : 26211720
KELAS : 1EB21
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN
Laju pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam persentase, tingkat pengangguran dinyatakan dalam persentase jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja, dan jumlah penduduk miskin dinyatakan dalam persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk.
1. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1996-2006 menunjukkan kondisi yang fluktuatif, khususnya selama periode sebelum tahun 2001, yaitu ekonomi tumbuh 7,8 persen pada tahun 1996, kemudian pada tahun 1997 melambat menjadi 4,7 persen, dan pada waktu krisis ekonomi tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang negatif (minus 13,1 persen). Pada tahun 1999, ekonomi Indonesia tumbuh 0,8 persen, dan tahun 2000 4,9 persen. Setelah itu, khususnya sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2006, terdapat tendensi adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu dari 3,6 persen pada tahun 2001 menjadi 5,5 persen pada tahun 2006.
2. Pengangguran terbuka menunjukkan tendensi yang meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,9 persen pada tahun 1996, meningkat menjadi 6,4 persen pada tahun 1999, 8,1 persen pada tahun 2001, dan 11,2 persen dan 10,3 persen masing-masing pada tahun 2005 dan 2006. Hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran tersebut menunjukkan: hipotesis bahwa pertumbuhan ekonomi akan mampu memperluas kesempatan kerja tidak terbukti. Pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat ternyata diikuti juga oleh tingkat pengangguran yang meningkat. Kompilasi terhadap data laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah tenagakerja menunjukkan adanya penurunan penyerapan jumlah tenagakerja untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2003-2004, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 339 ribu tenagakerja; pada tahun 2004-2005 turun menjadi 180 ribu tenagakerja; dan tahun 2005-2006: 113 ribu tenagakerja. Salah satu hipotesis mengapa hal ini terjadi adalah adanya tendensi peningkatan penggunaan perangkat-perangkat kerja yang berbasis teknologi padat modal oleh sektor-sektor ekonomi sehingga kurang mendukung perluasan kesempatan kerja, disamping adanya efek PHK (pemutusan hubungan kerja) sebagai dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.
3. Selama periode 1996 sampai dengan 2006, ternyata tingkat kemiskinan memberikan tendensi yang menurun. Pada tahun 1996 persentase jumlah penduduk miskin berjumlah 17,7 persen, kemudian terus turun menjadi 16,0 persen pada tahun 2005, tetapi naik kembali pada tahun 2006 menjadi 17,7 persen. Dari data pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan selama periode 1996-2005 terlihat adanya hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk miskin, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi berdampak kepada penurunan persentase jumlah penduduk miskin. Tetapi pada tahun 2006 tingkat kemiskinan meningkat (dari 16,0 persen pada tahun 2005 menjadi 17,7 persen pada tahun 2006) dan pertumbuhan ekonomi melambat dari 5,7 persen pada tahun 2005 menjadi 5,5 persen pada tahun 2006.
1. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1996-2006 menunjukkan kondisi yang fluktuatif, khususnya selama periode sebelum tahun 2001, yaitu ekonomi tumbuh 7,8 persen pada tahun 1996, kemudian pada tahun 1997 melambat menjadi 4,7 persen, dan pada waktu krisis ekonomi tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang negatif (minus 13,1 persen). Pada tahun 1999, ekonomi Indonesia tumbuh 0,8 persen, dan tahun 2000 4,9 persen. Setelah itu, khususnya sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2006, terdapat tendensi adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, yaitu dari 3,6 persen pada tahun 2001 menjadi 5,5 persen pada tahun 2006.
2. Pengangguran terbuka menunjukkan tendensi yang meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,9 persen pada tahun 1996, meningkat menjadi 6,4 persen pada tahun 1999, 8,1 persen pada tahun 2001, dan 11,2 persen dan 10,3 persen masing-masing pada tahun 2005 dan 2006. Hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran tersebut menunjukkan: hipotesis bahwa pertumbuhan ekonomi akan mampu memperluas kesempatan kerja tidak terbukti. Pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat ternyata diikuti juga oleh tingkat pengangguran yang meningkat. Kompilasi terhadap data laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah tenagakerja menunjukkan adanya penurunan penyerapan jumlah tenagakerja untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2003-2004, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 339 ribu tenagakerja; pada tahun 2004-2005 turun menjadi 180 ribu tenagakerja; dan tahun 2005-2006: 113 ribu tenagakerja. Salah satu hipotesis mengapa hal ini terjadi adalah adanya tendensi peningkatan penggunaan perangkat-perangkat kerja yang berbasis teknologi padat modal oleh sektor-sektor ekonomi sehingga kurang mendukung perluasan kesempatan kerja, disamping adanya efek PHK (pemutusan hubungan kerja) sebagai dampak dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.
3. Selama periode 1996 sampai dengan 2006, ternyata tingkat kemiskinan memberikan tendensi yang menurun. Pada tahun 1996 persentase jumlah penduduk miskin berjumlah 17,7 persen, kemudian terus turun menjadi 16,0 persen pada tahun 2005, tetapi naik kembali pada tahun 2006 menjadi 17,7 persen. Dari data pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan selama periode 1996-2005 terlihat adanya hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk miskin, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi berdampak kepada penurunan persentase jumlah penduduk miskin. Tetapi pada tahun 2006 tingkat kemiskinan meningkat (dari 16,0 persen pada tahun 2005 menjadi 17,7 persen pada tahun 2006) dan pertumbuhan ekonomi melambat dari 5,7 persen pada tahun 2005 menjadi 5,5 persen pada tahun 2006.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara statistik pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai pengaruh terhadap pengangguran. Hipotesis yang menyatakan ‘pertumbuhan ekonomi menyebabkan berkurangnya pengangguran” tidak terbukti. Penelitian inijuga menemukan bahwa pengangguran berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di lndonesia. Dengan mengacu kepada teori penawaran tenaga kerja tak terbatas (berlimpah) oleh Lewis, dinyatakan bahwa tingginya atau meningkatnya jumlah penganggur (tenaga kerja yang mencari kerja) akan berdampak pada upah yang turun atau rendah. Hal ini dimanfaatkan oleh para kapitalis untuk menanamkan modalnya (investasi) guna mendapatkan laba lebih besar. Peningkatan investasi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
Sumber: http://www.risiko.fiskal.depkeu.go.id/index.php/id/risiko-ekonomi/83-paradoks-pertumbuhan-pengangguran
Sumber: http://www.risiko.fiskal.depkeu.go.id/index.php/id/risiko-ekonomi/83-paradoks-pertumbuhan-pengangguran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar